Lupa Pengaman Saat Bercinta? Jangan Khawatir
KapanLagi.com - Kalau sedang mood, bercinta terkadang tidak terkontrol. Pada kondisi seperti ini pasangan sering kali sudah lupa akan alat pengaman pencegah kehamilan. Baru tersadar setelah proses bercinta terselesaikan. Bingung, takut dan khawatir bisa saja mimpi buruk usai percintaan itu.
Bagi pria, mungkin bukan suatu persoalan. Bagaimana dengan wanita? Mayoritas wanita yang tidak menghendaki kehamilan selalu dihantui perasaan khawatir usai percintaan itu. Banyak pasangan, terutama wanita selalu mempertanyakan apakah proses kehamilan bisa dicegah?
Jika percintaan itu berlangsung pada masa si wanita tidak pada fase subur risiko terjadinya kehamilan memang kecil. Yang gawat, jika percintaan itu dilakukan pada fase subur. Solusinya? Ibarat pepatah, banyak jalan menuju Roma. Artinya banyak cara yang ditempuh untuk mencegah kehamilan itu. Mulai dari ramuan tradisional hingga aborsi.
Cara teringan adalah mengkonsumsi/memanfaatkan alat kontrasepsi darurat yang dikenal pula sebagai postcoital contraception (PC). PC adalah jenis lain dari perangkat pengatur kehamilan yang digunakan wanita yang tidak menggunakan pelindung saat berhubungan seks. Dengan proses yang mudah dan tidak berbelit-belit, PC mampu mencegah risiko kehamilan setelah percintaan tanpa pengaman.
Tapi ingat, metode ini hanya digunakan dalam kondisi darurat dan bukan cara reguler untuk mengontrol kehamilan. Darurat bisa berarti, karena perkosaan, kondom pecah atau lepas, lupa meminum lebih dari dua pil selama siklus bulanan, dan bercinta secara spontan.
Fungsi alat kontrasepsi darurat ini menghalangi sel telur agar tidak dibuahi. Atau mencegah sel telur yang sudah dibuahi tidak menempel pada uterus. Di pasar, PC tersedia dalam dua jenis, pil kontrasepsi hormonal (ECP) dan cincin sejenis IUD (intrauterine device).
Lazimnya, ECP dikonsumsi dalam dua dosis. Pertama, diminum segera mungkin setelah berhubungan seks dalam 72 jam terakhir. Dosis kedua, diminum 12 jam kemudian.
Sementara IUD dipergunakan dalam mencegah kehamilan dalam waktu lima hingga tujuh hari setelah bercinta tanpa pengaman. IUD tidak diminum melainkan dimasukkan ke mulut rahim.
Menurut catatan portal kesehatan Webmd, tingkat efektifitas pil antara 75% hingga 89% jika diminum dalam 72 jam setelah berhubungan seks. Sedangkan IUD mampu mencegah kehamilan hingga 99% jika dimasukkan antara 5-7 hari setelah berhubungan seks.
Alat kontasepsi darurat ini sifatnya hanya mencegah terjadinya pembuahan atau menempelnya sel telur ke uterus. Alat ini dilarang dimanfaatkan oleh wanita yang telah terbukti hamil karena tidak akan menghentikan proses kehamilan.
Dimana ECP dan IUD diperoleh? Alat kontrasepsi ini telah dijual bebas di apotek-apotek. Seperti halnya alat kontrasepsi lainnya alat kontrasepsi ini juga tidak steril dari efek samping. Yang paling sering dikeluhkan adalah mual, sakit perut, capek, sakit kepala, dan jadwal haid berubah.
Terbaik Untuk Perempuan
Alat kontrasepsi untuk perempuan hampir tidak pernah mempunyai nilai kebaikan atau keburukan yang sama. Baik buruknya tergantung kondisi tubuh dan keinginan calon pengguna alat kontrasepsi.
Karena semua metode mempunyai prosentase kegagalan, sebelum menjatuhkan pilihan sebaiknya kaji dulu kepentingan menggunakan kontrasepsi. Untuk mencegah kehamilan atau menghindari penyakit seks menular.
Jika hendak menghindari kehamilan, metode hormonal dianggap yang terbaik. Dengan meminum pil setiap hari, prosentase keberhasilannya mencapai 99%. Tentu saja jika disiplin meminumnya. Kalau tergolong gampang lupa, sebaiknya menggunakan kontrasepsi suntik yang diberikan setiap 12 minggu sekali.
Penggunaan IUD atau spiral menjadi pilihan baik jika suatu saat berencana menambah momongan. Alat ini juga sebaiknya digunakan oleh mereka yang pernah melahirkan.
Spiral modern bentuknya lebih kecil, mudah dipasang dan menghindari kehamilan setidaknya dalam lima tahun sebelum diganti dengan alat yang baru.
Jika bertujuan hendak menghindari penyakit seks menular, tidak ada yang dapat mengalahkan kondom.Harganya murah dan mudah digunakan. Sejak kondom untuk perempuan banyak tersedia di pasaran, tidak ada alasan menuduh pasangan tidak bertanggung jawab.
Menurut Jennings, keikutsertaan pria dalam uji coba metode ini cukup mengejutkan. Rata-rata mengatakan cukup puas dan membantu pasangan dengan cara mereka sendiri, untuk mengikuti aturan metode SDM.
Misalnya, mengingatkan pasangannya untuk memindahkan tanda kesuburan atau mengecek ketersediaan kondom sesaat sebelum berhubungan seks pada hari-hari subur.
Sekitar 90% pria dan perempuan yang terjaring survei mengatakan cukup puas dan SDM, mudah digunakan dan merekomendasikannya ke pasangan lain yang menghindari atau menginginkan kehamilan.
Menurut Dr Jennings sebagian besar perempuan AS memilih alat kontrasepsi hormonal, namun sebenarnya menginginkan sesuatu yang lebih alami.
Jika digunakan dengan benar, lanjutnya, keefektifan SDM mendekati pil dan jauh lebih efektif dari diafragma atau kondom. (jongjawa.com/rsd)KapanLagi.com -
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda